Langsung ke konten utama

Postingan

Koneksi Antar Materi-Modul 3.1

  “Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik” (Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best). - Bob Talbert Sebagai pemimpin pembelajaran memiliki tugas utama untuk mengajarkan siswa ilmu pengetahuan. Akan tetapi mengajarkan siswa akan nilai-nilai kebajikan adalah tugas yang paling utama. Karena dalam kehidupan siswa di masa depannya akan mengalami situasi dimana harus membuat keputusan akan hidupnya yang tidak jarang memberikan dilemma etis yang memerlukan pondasi nilai-nilai kebajikan yang dimiliki untuk menjadi dasar pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Guru, siswa dan setiap kita adalah individu bagian masyarakat, oleh karenanya setiap keputusan yang kita ambil akan berdampak pula pada lingkungan kita. Education is the art of making man ethical. Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis. ~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~ Kutipan di atas m
Postingan terbaru

Merenungi Pemikiran KHD.

Membaca dan memahami pemikiran Ki Hajar Dewantara (KHD) tentang pendidikan membuat saya merenung dalam. Banyak hal esensial yang selama ini saya seperti terpinggirkana dalam pemikiran saya. Saya sebagai guru mapel Matematika yang selama  ini di Ujian Nasionalkan, selalu menjadikan capaian kompetensi yang akan diukur di dalam soal-soal UN sebagai patokan dalam mengajar. Hampir semua contoh soal, soal latihan, ataupun soal ulangan selalu menggunakan atau merekonstruksi soal-soal UN. Intinya mengajar lebih berfokus kepada sejauh mana siswa dalam menyelesaikan soal UN. Ditambah lagi dengan padatnya  kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa, seringkali membuat saya hanya berfokus kepada ketepatan waktu menyelesaikan seluruh kompetensi dasar yang ada. Kenyataan ini membuat saya terkesan terburu-buru menyelesaikan materi, sehingga kurang memperhatikan sejauh mana siswa menikmati pembelajaran yang berlangsung. Untungnya UN telah dihapuskan dan ada kurikulum baru yaitu kurikulum merdeka yang

Bonusnya Guru SILN

Sengaja membuat judul yang hiperbolik. Bukan apa-apa memang demikian adanya. Jika bukan karena paspor sakti itu, pasti saya cukup repot dengan urusan visa. Manjadi guru SILN apalagi berstatus PNS, maka akan mendapatka dokumen perjalanan dinas yang istimewa berupa paspor biru/paspor dinas. Pemeganga paspor dinas dan diplomatik Indonesia dapat melakukan kunjungan singkat ke hampir 50 negara tujuan tanpa visa. Cukup perlihatkan paspor pada petugas keimigrasian di Bandara, meskipun pada bebebarapa negara kita harus menunggu beberapa saat untuk diperiksa lebih lanjut. Asumsi saya mungkin karena pemegang paspor dinas dari Indonesia tidak banyak, atau bahkan mereka tidak mengetahui kekuatan paspor dinas Indonesia, entahlah. Yang penting itu adalah salah satu bonus ketika menjadi guru SILN, yaitu kemudahan akses untuk melihat belahan bumi Allah yang lain. Tersebutlah hari itu saya akan transit di Abu Dhabi selama 6 jam. Dipikir-pikir alangkah indahnya jika dapat sejenak melenggang keluar band

Pandemi dan Kisah Perjalanan

 Tak pernah terbetik pandemi akan hadir hingga hari ini. Padahal dulu semua  baik-baik saja. Perjalan ngebolangku baru saja dimulai. Masih sangat pagi dan bersemangat sekali. Di bulan Juni, telah kurencanakan Eropa. Menyusuri jejak kejayaan Islam di sana. Granada, adalah salah satunya. Ah, siapa yang mengetahui rencana Allah, siapapun tidak tahu. Termasuk juga aku. Jangankan ngebolang lagi, pulang ke negeri untuk berlebaran pun harus tunduk pada akibat pandemi. Semua penerbangan ditutup. Alih-alih ke negeri sendiri atau negeri lain, menjejak lintas wilayah saja baru saat ini mulai bisa dilakukan. Lockdown 24 jam bahkan pernah melumpuhkan negeri ini. Namun hal itu sangat mujarab, angka Covid-19 turun tajam. Lalu bagaimana dengan kisah perjalananku selanjutnya. Jalani saja, bumi Allah teramat luas, apalagi cinta dan rahmatnya. Saat ini atau nanti pasti ada jalannya. Petakan dan rencanakan saja. Sebagaimana aku bisa menjejak tanah suci ini, sedikitpun dulu tak pernah dapat membayangkannya

Covid 19 Hari Ini Di Saudi

Tepat dua minggu sejak diberlakukan penutupan sekolah dan lembaga pendidikan di Saudi Arabia. Sebagai salah satu sekolah yang berkedudukan di sana Sekolah Indonesia Jeddah (SIJ) mengikuti dengan taat aturan otoritas setempat yang melarang segala bentuk kegiatan sekolah sejak 9 Maret 2020.  Kegiatan Penilaian Tengah Semester (PTS) yang sedang berlangsung diteruskan melalui tes online dengan platform Edmodo. Alhamdulillah sekolah sudah mempersiapkan hal ini. Guru-guru sudah menerima In House Training penggunaan Edmodo untuk penilaian. Seperti sebuah kebetulan, sekolah hanya meneruskan dan memaksimalkan pembekalan yang sudah diberikan untuk guru. Agenda akademik sekolah akhir tahun pembelajaran menjadi pekerjaan rumah bagi sekolah. Bagaimana caranya agar kegiatan tetap berjalan, aman, serta mematuhi aturan otoritas setempat. Ini pelik, namun inshaAllah ada solusinya. Kondisi saat ini membuat warga sekolah harus tinggal di rumah. Perintah untuk tetap tinggal di rumah ini bukan

Seni Merencanakan

Seni merencanakan, apakah sudah pernah mendengarnya, atau bahkan sudah memilikinya. Seingat saya orang-orang ‘perencanaan’ itu adalah otaknya sebuah intansi. Mereka pintar sekali membuat rencana strategis (Renstra), atau apalah namanya saya juga kurang paham. Dan kabar baiknya, banyak dari teman-teman saya duduk pada bidang perencanaan di kantornya. Catat ya, banyak, artinya lebih dari dua   orang 😊 Beruntung bisa berteman dengan para otak sebuah kantor. Baiklah kembali lagi kepada pokok bahasan. Saya pernah membaca, katanya berencanalah, jika tidak, maka kita akan masuk ke dalam rencana orang lain. Di lain kesempatan saya juga membaca, lebih dari 70% perencanaan biasanya berhasil. Wah, sepertinya ini hasil riset, berani menyebut angka. Intinya adalah membuat rencana itu adalah penting, malah sangat penting. Buatlah rencana hidup kita. Rencana sehari ke depan, sebulan ke depan, setahun kemudian, lima tahun lagi atau lebih lama lagi. Apakah akan menjadi seperti air yang menga

Dengki

Saya tersenyum penuh arti pada sebuah adegan film. Ada pesan cukup dalam yang ingin disampaikan pembuat naskah cerita. Intinya adalah kita akan bersedih jika mengetahui teman kita tidak berhasil sedangkan kita berhasil. Tetapi kita akan lebih bersedih lagi jika mengetahui teman kita   berhasil dan ia mampu mengungguli kita. Apa ya… intinya ada sebuah perasaan berbeda ketika melihat seseorang dilebihkan dibanding kita, meskipun itu sedikit. Perasaan tidak ingin dikalahkan, perasaan ingin selalu di atas atau lainnya yang sedikit sulit saya dekripsikan. Barangkali jeleknya dapat disebut perasaan iri atau   dengki. Gambaran dengki dalam cuplikan film tadi lebih beradab. Setidaknya hanya berupa perasaan sedikit lesu dan sedih ketika mengetahui temannya mendapatkan peringkat yang lebih baik. Dengki menurut KBBI adalah menaruh perasaan marah (benci, tidak suka) karena iri yang amat sangat kepada keberuntungan orang lain. Nah, makna di sini lebih seram lagi, ada benci dan rasa tidak su